“Moshi.” Jawabnya.
Jawabannya membuat jantungku berdegup kencang. Aku ketakutan. Aku takut akan
apa yang akan aku hadapi sekarang.
“Apakah kau tidak melihatku
? Aku ada didekatmu sayang.” Ucapnya dengan suara tercekat. Aku tau itu adalah
suara seorang wanita tua. Aku mencoba melihat disekelilingku. Terlalu gelap.
Tapi aku tetap mencoba mencari sosok yang menelpon ku. Ntah itu manusia atau
bukan. Yang penting aku dapat menemukannya sekarang.
Aku melirik ke kanan ku. Aku melihat seorang nenek tua
sedang memegang sebuah handphone. Di depannya berdiri seorang gadis. Lalu
kulihat ia memasukkan handphone itu ke dalam kantongnya. Kemudian ia
mengeluarkan sesuatu yang berkilauan. Aku tau benda apa itu. Aku sangat
mengenalinya. Itu adalah sebuah pisau dapur. Ia tersenyum bengis. Perlahan aku
melihat nenek itu memegang bahu gadis itu. Gadis itu sedang memegang sebuah
handphone. Sepertinya gadis itu sedang ketakutan. Kulihat nenek itu mulai
menyayat wajah gadis itu dengan pisau. Aku mulai merasakan sakit di area
wajahku. Akhirnya aku baru menyadari suatu hal. Di sebelah kananku adalah kaca.
Terlambat untuk menyadarinya karena sekarang nenek itu mulai memotong leherku.
Membelah perutku. Bermain dengan usus ku. Kemudian mengambil jantungku.